Ki Hajar Dewantara (1889-1959) adalah tokoh pendidikan Indonesia.
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati bangsa Indonesia adalah hari lahir Suwardi Suryaningrat, nama asli Ki Hajar Dewantara
Ia adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi
dan pelopor pendidikan kaum pribumi dengan mendirikan Perguruan Taman
Siswa.
Ia berpandangan bahwa pendidikan yang
bermutu harus menjadi hak semua orang, baik para priyayi maupun rakyat
biasa. Setelah menjalani masa pembuangan oleh Belanda, ia segera membuat
sekolah pada usia 40 tahun. Pada saat itu ia menanggalkan nama
kebangsawanannya dan mengganti nama Ki Hajar Dewantara.
Konsep
pendidikannya dengan gaya belajar-mengajar yang bijaksana, yaitu dengan
sistem pengasuhan (NGEMONG) yang penuh kasih terhadap seluruh muridnya.
ING NGARSA SUNG TULADHA, (Di depan memberi contoh)
ING MADYA MANGUN KARSA, (Di tengah, memberi semangat)
TUT WURI HANDAYANI, (Di belakang, memberi dorongan)
LAWAN SASTRA NGESTI MULYA
(Dengan ilmu, kita menuju kemuliaan)
Hormatilah adat-istiadat yang kuat dan sehat, yang terdapat di
daerah-daerah dan yang tidak mengganggu atau menghambat persatuan bangsa
Indonesia.
Proses Pembelajaran Ki Hajar Dewantara:
NITENI - NIROKE - NAMBAHI
(memperhatikan - meniru - menambahi)
(Teacher's Wisdom p.57-59)
Menjadi seorang yang Go BLog,... "Serpihan Fisika" ini dibuat hanyalah sekedar menjadi media untuk menyalurkan ide dan mengumpulkan berbagai informasi yang (mungkin) diperlukan bagi rekan-rekan pembaca. Semoga bermanfaat.
Rabu, 15 Januari 2014
STOA
STOA,
tepatnya STOICISM (bukanlah nama orang), merupakan paham berpikir.
Lahir di awal abad 3 SM dengan perlopornya ZENO dan CITIUM. Merekalah
yang mendirikan "Sekolah Berpikir" dengan cara berkumpul di Stoa Poikile
(bernda Yunani)
Hal yang menyolok dari pendapat Stoa adalah, bahwa segala pengetahuan memiliki fungsi tertinggi, membuat hidup lebih beradab.
Jika pengetahuan tidak diterapkan demi kebahagiaan manusia,
maka tidak ada gunanya
Pengetahuan harus memberikan kemerdekaan jiwa bagi yang mempelajarinya.
Namun, yang sering kita dengar adalah opini, bukan fakta.
yang sering kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran.
Bahagia/tidak hidup seseorang tergantung dari kualitas pikiran dan hatinya.
Pikiran adalah adalah kualitas mata air kata-kata.
(Teacher's Wisdom)
Hal yang menyolok dari pendapat Stoa adalah, bahwa segala pengetahuan memiliki fungsi tertinggi, membuat hidup lebih beradab.
Jika pengetahuan tidak diterapkan demi kebahagiaan manusia,
maka tidak ada gunanya
Pengetahuan harus memberikan kemerdekaan jiwa bagi yang mempelajarinya.
Namun, yang sering kita dengar adalah opini, bukan fakta.
yang sering kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran.
Bahagia/tidak hidup seseorang tergantung dari kualitas pikiran dan hatinya.
Pikiran adalah adalah kualitas mata air kata-kata.
(Teacher's Wisdom)
Langganan:
Postingan (Atom)