Menguak Nasib Bendera Apollo di Bulan
Bendera menjadi salah satu topik panas dalam diskursus pendaratan
manusia di Bulan. Kaum skeptis menyuguhkan bendera “berkibar” (padahal
sejatinya berupa bendera terentang statis) sebagai salah satu alasan
menolak adanya pendaratan manusia di Bulan dan menganggapnya hanyalah
omong kosong dan tipu-tipu model Perang Dingin. Sebaliknya kaum optimis
menganggap bendera tersebut tinggal tiangnya saja tanpa kain. Sebab
dengan bahan dasar nilon, sulit untuk membayangkan bagaimana kain
bendera bisa bertahan dalam lingkungan Bulan yang keras. Selama empat
dekade terakhir, kain bendera berada dalam kondisi hampa udara dengan
paparan panas ekstrim setinggi 100 derajat Celcius di siang Bulan
(sepanjang 14 hari Bumi) dan kemudian disusul paparan dingin amat
membekukan (serendah minus 180 derajat Celcius) di malam Bulan
(sepanjang 14 hari Bumi juga) disertai paparan sinar ultraungu Matahari
yang berlebih, sinar kosmik dari Matahari dan dari seantero penjuru
serta mikrometeorit. Dengan lingkungan sedemikian keras, tak heran
banyak yang meramalkan kain bendera di Bulan telah terkelantang,
terdegradasi, robek-robek, atau malah terdesintegrasi demikian rupa
sehingga hancur menjadi debu.
Benarkah demikian?
Baca selengkapnya di:
http://langitselatan.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar