Rabu, 12 September 2012

Langit Selatan: [Media Astronomi Indonesia]

Menguak Nasib Bendera Apollo di Bulan

Luar Biasa! Ungkapan itu spontan terucap setelah citra-citra satelit LRO dalam resolusi yang tak pernah didapatkan sebelumnya secara gemilang berhasil menguak salah satu teka-teki besar dalam saga pendaratan manusia di Bulan: nasib bendera yang ditancapkan di tanah Bulan. Sepanjang misi pendaratan manusia di Bulan yang telah berlangsung hingga enam kali dalam kurun waktu 1969 hingga 1972 dalam bentuk misi Apollo 11 hingga Apollo 17, kecuali Apollo 13 yang mengalami ledakan tanki Oksigen pada modul komandonya sehingga pendaratan di Bulan terpaksa dibatalkan, terdapat enam bendera pula yang telah ditancapkan di setiap titik pendaratan. Seluruhnya adalah bendera AS.

Gambar 1
Bendera AS pada pendaratan manusia di Bulan, dalam misi Apollo 15 (kiri) dan Apollo 17 (kanan).
Sumber : NASA, 1971 & 1972.
Bendera menjadi salah satu topik panas dalam diskursus pendaratan manusia di Bulan. Kaum skeptis menyuguhkan bendera “berkibar” (padahal sejatinya berupa bendera terentang statis) sebagai salah satu alasan menolak adanya pendaratan manusia di Bulan dan menganggapnya hanyalah omong kosong dan tipu-tipu model Perang Dingin. Sebaliknya kaum optimis menganggap bendera tersebut tinggal tiangnya saja tanpa kain. Sebab dengan bahan dasar nilon, sulit untuk membayangkan bagaimana kain bendera bisa bertahan dalam lingkungan Bulan yang keras. Selama empat dekade terakhir, kain bendera berada dalam kondisi hampa udara dengan paparan panas ekstrim setinggi 100 derajat Celcius di siang Bulan (sepanjang 14 hari Bumi) dan kemudian disusul paparan dingin amat membekukan (serendah minus 180 derajat Celcius) di malam Bulan (sepanjang 14 hari Bumi juga) disertai paparan sinar ultraungu Matahari yang berlebih, sinar kosmik dari Matahari dan dari seantero penjuru serta mikrometeorit. Dengan lingkungan sedemikian keras, tak heran banyak yang meramalkan kain bendera di Bulan telah terkelantang, terdegradasi, robek-robek, atau malah terdesintegrasi demikian rupa sehingga hancur menjadi debu.
Benarkah demikian?

 Baca selengkapnya di:
http://langitselatan.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar